RINGKASAN
Permasalahan terkait
sampah sudah menjadi permasalahan yang tak kunjung usai. Banyak sekali dampak
negatif yang ditimbulkan dari keberadaan sampah, mulai dari pengumpulan
sampah yang ada di masyarakat, sampai pengangkutan oleh petugas kebersihan. Selain tidak
enak dipandang dan baunya yang tidak sedap, sampah yang
menumpuk akan menjadi tempat
berkembangnya berbagai mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat,
terutama petugas kebersihan. Permasalahan
pada sistem pengangkutan sampah mulai dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) juga masih memiliki banyak kekurangan, mulai dari penempatan TPS yang sembarangan hingga kemudian pada rute perjalanan truk pengangkut
sampah.
Selain membuat tidak nyaman dan sehat untuk wilayah sekitar TPS dan rute
perjalanan truk pengangkut sampah, bercecernya
sampah yang jatuh dari truk pengangkut sepanjang rute perjalanan menuju TPA juga menjadi
permasalahan. Oleh karena itu
konsep UTTMS (Underground Trash Tunnel Management
System) lahir sebagai solusi terkait pemecahan masalah ini.
UTTMS merupakan sistem manejemen serta
pengiriman sampah melalui
terowongan bawah tanah. Dalam hal ini, UTTMS dibedakan menjadi dua tipe, yakni
tipe half conveyor dan full conveyor first carrier. Adanya dua
tipe yang berbeda bertujuan agar dapat diaplikasikan secara bertahap. Dengan
memanfaatkan perjalanan sampah sebagai waktu pengolahan sampah, UTTMS mampu
mengolah sampah lebih cepat serta efisien dengan pengkatagorian sampah yang
lebih spesifik sebelum pada akhirnya diproses di TPA. Pengangkutan sampah pada UTTMS
akan memanfaatkan mekanikal otomatis, dan dalam konsep ini mesin yang dimaksud
adalah conveyor serta kereta khusus.
Guna mewujudkan konsep
ini di Indonesia, diperlukan konsep yang matang dan sempurna. UTTMS tergolong
proyek yang besar, maka diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah,
dinas kebersihan, serta developer yang terkait. Kerja sama yang baik akan
melahirkan konsep yang sempurna sehingga untuk kedepannya UTTMS dapat
diaplikasikan di Indonesia
1
|
1.1
Latar Belakang
Sampah merupakan sesuatu yang pasti
dihasilkan oleh manusia. Dewasa ini, sudah tercipta sebuah sistem maupun
teknologi guna mengangkut, menampung, hingga mengolah sampah di Indonesia.
Seperti pengumpulan sampah di setiap tempat menuju TPS (Tempat Pembuangan
Sementara) terdekat, lalu diangkut menggunakan truk sampah menuju TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) untuk selanjutnya diproses atau diolah kembali.
Yang perlu menjadi perhatian adalah
proses sebelum menuju lokasi TPA. Seperti contohnya penyimpanan sampah di
tempat-tempat terbuka, lalu pengambilan serta pengangkutan sampah tersebut oleh
truk sampah / petugas kebersihan mulai dari tiap rumah sampai menuju TPS, dan
pada akhirnya pengangkutan terakhir menuju TPA. Selama proses tersebut tentu
menimbulkan banyak sekali dampak buruk. Mulai dari tidak enak dipandang, bau
tidak sedap yang menyengat, hingga tempat berkembangbiaknya mikroorganisme
berbahaya bagi manusia, terutama pada saat pengangkutan. Pengangkutan sampah dengan menggunakan truk tentu
bukanlah hal yang aman bagi rute yang dilewati. Tak hanya itu, sistem
pengolahan sampah saat ini juga berdampak besar bagi petugas kebersihan.
Pekerjaan mereka sangat rentan dengan penyakit yang membahayakan kesehatan
mereka. Berkenaan dengan hal ini, penulis memunculkan sebuah gagasan solutif,
yang dapat di aplikasikan di Indonesia. Sebuah konsep yang jauh lebih aman, efisien, serta meminimalisir dampak yang ditimbulkan karena
kekurangan sistem yang sudah ada. Konsep ini bernama UTTMS (Underground Trash Tunnel Management System).
Konsep ini adalah konsep pendistribusian
sampah lewat terowongan bawah tanah menggunakan kereta dan konveyor khusus.
Konsep yang dipakai hampir sama dengan konsep kereta bawah tanah yang sudah
diaplikasikan di negara-negara barat. Selain pendistribusian sampah dari TPS
menuju TPA, konsep ini juga menawarkan sistem baru dalam pengolahan sampah yang
dapat dilakukan selama perjalanan sampah menuju TPS ataupun TPA. Dengan adanya
sistem ini diharapkan lingkungan lebih terlihat bersih, tempat sampah yang dulu
bermunculan dan kotor di tempat-tempat umum akan diganti dengan ruangan khusus
di bawah tanah, dan di distribusikan ke TPA untuk selanjutnya diolah.
2
|
Dengan adanya konsep ini, tujuan yang
diharapkan adalah :
1.
Terciptanya
sebuah sistem baru, yang lebih efisien, sehat, dan sustainable, namun tetap logis dan dapat diaplikasikan sesuai
kondisi di Nusantara
2.
Membuka
pemikiran baru, bahwa banyak alternatif lain yang dapat diaplikasikan di
Indonesia terkait dengan permasalahan yang ada
1.3
Manfaat
Konsep ini mempunyai manfaat besar
terutama dalam penyelesaian masalah yang ada di Indonesia saat ini, terutama
dalam permasalahan terkait sampah. Konsep ini akan membuka gambaran terhadap
potensi yang diberikan bila konsep ini mampu direalisasikan. Selain peningkatan
keindahan lingkungan, teknologi, kesehatan, konsep ini juga menawarkan sebuah
mekanisme pengolahan sampah yang lebih baik.
BAB II GAGASAN
2.1
Kondisi Saat Ini
Dewasa ini banyak sekali persoalan
terkait sampah. Mulai dari penataan tempat sampah yang kurang baik, bau tidak
sedap, penyakit, hingga menumpuknya sampah di TPA yang tak sanggup diolah sepenuhnya.
Selain dampak buruk dan potensi bahaya dari sampah, sistem yang ada saat ini
mempunyai titik yang riskan, terutama dalam hal distribusi sampah dari TPS
menuju TPA.
3
|
2.2 Solusi Yang Pernah Ada
Dengan semakin meningkatnya sampah yang
dihasilkan seiring waktu, tentu menjadi permasalahan baru pada sistem
pengolahan sampah yang sudah ada di Indonesia. Salah satu permasalahan yang
dirasakan pemerintah adalah kurangnya armada truk pengangkut sampah, namun
penambahan truk sampah terhambat karena tidak disetujui DPRD. Tak hanya truk saja, upaya-upaya lain dalam
pemilahan sampah sudah dilakukan. Dari menghadirkan dua jenis tempat sampah
(organik dan non organik), penyebaran tempat sampah yang diperluas, sampai
penambahan petugas kebersihan, serta pengelolaan sampah mandiri yang dilakukan
oleh masyarakat.
Namun solusi-solusi tersebut dirasa
masih kurang. Walaupun jumlah armada truk pengangkut sampah ataupun petugas
kebersihan bertambah, permasalahan yang akan tetap bertahan adalah proses
distribusi dan pengolahan sampah yang menggunung. Dalam proses distribusi
sampah, lingkungan yang menjadi rute truk sampah tersebut akan mendapatkan
dampak serta ancaman kesehatan. Dan setelah sampai di TPA, tentu akan kewalahan
mengolah puluhan ton sampah yang datang secara bersama-sama dalam satu waktu.
Oleh karena itu sistem yang sudah ada saat ini dirasa masih kurang efektif.
2.3
4
|
2.3.1
Deskripsi Umum
Agar konsep ini dapat terealiasasi di
Indonesia, tentu diperlukan strategi yang logis dan efisien. Untuk itu UTTMS
akan dibedakan menjadi dua tipe, yakni:
a.
Sistem half
conveyor first carrier
Pada sistem half conveyor first carrier ini pengolahan sampah pada
sektor-sektor seperti perkantoran, rumah, dan lain sebagainya, akan diangkut
oleh petugas kebersihan menuju TPS bawah tanah dengan cara memasukkan sampah
kepada input sampah yang telah disediakan (lihat bagian yang berwarna biru dan
oranye). Akan disediakan dua input sebagai pembagi sampah organik dan non-oraganik sehingga akan lebih mudah diolah.
Setelah pengolahan yang dilakukan oleh
TPS, sampah akan diangkut menuju TPA melalui terowongan bawah tanah menggunakan
kereta pengangkut sampah. Sesaat sebelum memasuki TPA, sampah akan memasuki
sebuah ruangan khusus pemilah sampah logam (lihat bagian gedung TPA berwarna
kuning). Pemilahan sampah logam dapat dilakukan dengan memanfaatkan magnet
raksasa yang biasa digunakan oleh penghancur mobil bekas di negara barat. Hal
ini dilakukan agar logam yang masih dapat dilebur akan terpisah dan selanjutnya
akan dilebur agar dapat dipakai kembali.
b.
5
|
Pada sistem full conveyor first carrier, pengiriman sampah sudah menggunakan tenaga mekanikal otomatis.
Sampah-sampah dari rumah, gedung, ataupun perkantoran, akan langsung disalurkan
menggunakan conveyor yang dihubungkan dengan TPS terdekat untuk dikatagorikan (lihat
jalur warna ungu, kuning, dan biru). Prosesi sebelum memasuki TPA sama dengan
sistem half conveyor first carrier. Sesaat
sebelum memasuki TPA, sampah akan terlebih dahulu dipilah antara sampah biasa
dan sampah logam menggunakan magnet raksasa.
Pada sistem full conveyor first carrier, tempat sampah pada tempat umum ataupun
bangunan akan terhubung dengan TPS menggunakan conveyor khusus. Dengan
digantinya jenis tempat sampah ini tentu dampak yang terasa adalah lingkungan
terasa lebih bersih dan tak ada sampah yang menumpuk di permukaan.
Sampah akan diproses semasa perjalanan
menuju TPA. Pembedaan pengolahan sampah dapat dikatagorikan menjadi 2 jenis, yaitu sampah organik dan non-organik, sementara sampah logam akan masuk ke
kategori non-organik. Kedua jenis sampah
ini akan dipisah semenjak proses awal sampah masuk ke TPS. Dengan metode ini
diharapkan pengolahan sampah tidak lagi tertumpuk saat di TPA yang menyebabkan
menggunungnya sampah-sampah.
Pada TPS bawah tanah, sampah akan
dipilah ke gerbong kereta organik serta
non-organik. Lalu akan dibawa ke pengolahan selanjutnya dengan menggunakan
kereta khusus yang mampu menarik sampah-sampah tersebut.
Pada saat tiba di tempat pemilahan
sampah logam, gerbong akan dipisahkan dengan
rel masing-masing. Untuk gerbong
sampah organik, akan diolah menjadi pupuk atau bahan olahan lain, sementara gerbong sampah non-organik akan dibawa menuju conveyor
pemilah. Conveyor akan bergerak membawa sampah tersebut, dan magnet raksasa
akan menyala diatas sampah tersebut, sehingga sampah-sampah logam akan tertarik
ke magnet tersebut.
Selain menawarkan kebersihan lingkungan
serta metode baru pada sistem pengolahan sampah di Indonesia, konsep ini juga
ditujukan untuk menjaga kesehatan pekerja kebersihan untuk dimasa mendatang.
2.4
Pihak Pendukung
Dalam hal ini, pihak yang dirasa paling
besar peranannya adalah pemerintah, dinas kebersihan, dan juga developer. Namun
peranan stakeholders tersebut saling
terkoordinasi sehingga membentuk sistem yang baik.
Pemerintah memegang peran penting
sebagai pendukung diaplikasikannya konsep ini. Selain sebagai penyedia
anggaran, pemerintah memegang peran penting dalam penyempurnaan konsep ini.
Bagian pemerintah yang paling cocok terkait hal ini adalah kementerian riset
dan teknologi. Kementerian tersebut akan bekerjasama dengan para ahli untuk
menyempurnakan konsep ini agar mampu diaplikasikan sesuai keadaan alam di Indonesia.
8
|
Peranan penting yang terakhir adalah
peranan developer. Developer yang dimaksud disini ada dua, yakni developer UTTMS
dan developer bangunan. Developer UTTMS berfungsi sebagai produsen mesin yang
dimaksud, sementara developer bangunan adalah pihak yang memesan. Seperti
contohnya developer perumahan. Tentu dengan mengaplikasikan UTTMS di
perumahannya akan sangat mendukung keberhasilan konsep ini selain pemasangan di
fasilitas-fasilitas umum lainnya.
2.5
Langkah Strategis
Guna
mendukung direalisasikannya konsep ini, telah disiapkan strategi khusus dalam
penerapan konsep ini di dunia nyata.
9
|
Instruksi akan berlanjut kepada dinas kebersihan.
Sebagai pengurus kebersihan, dinas kebersihan tentu secara tak langsung menjadi
koordinator lapangan. Mereka juga bertanggung jawab atas teknologi ini yang
terinstalasi difasilitas umum, seperti contohnya taman kota, monumen nasional,
dsb. Terlebih lagi adalah memantau perjalanan serta pengolahan sampah sampai
menuju TPA. Tentu pembelajaran lebih lanjut terkait teknologi ini diperlukan.
Pembelajaran dapat dilakukan melalui tim riset dari kementrian riset dan
teknologi, dan juga melalui developer UTTMS langsung. Dengan demikian,
pemeliharaan UTTMS akan lebih optimal.
BAB III
KESIMPULAN
UTTMS (Underground
Trash Tunnel Management System), merupakan sistem manejemen serta pengiriman sampah melalui terowongan bawah tanah sebagai
solusi sekaligus terobosan bagi sistem pengolahan sampah di Indonesia yang
masih memiliki kekurangan. Masyarakat masih merasakan dampak langsung dari
keberadaan sampah, hingga saat pendistribusian sampah, terutama bagi pekerja
kebersihan. Dengan memanfaatkan prosesi sebelum menuju TPA (Tempat Pembuangan
Akhir) sebagai waktu pengolahan sampah, serta pengkatagorian sampah yang lebih
spesifik dan otomatis, tentu akan memudahkan pengolahan sampah di Indonesia.
Guna meralisasikan UTTMS di kehidupan nyata, dibutuhkan alternatif yang logis
dan efisien serta rencana strategis yang solid dan sesuai keadaan. Guna
mewujudkan konsep ini, ada tiga stakeholders
yang berperan penting dalam konsep UTTMS, yakni Pemerintah, Dinas
Kebersihan, serta Developer. Bila kerja sama yang baik antara ketiga pihak
tersebut terjalin, maka konsep akan terlahir lebih sempurna dan dapat
direalisasikan pada keadaan Indonesia di kemudian hari, sehingga akan tercapai
lingkungan Indonesia yang bersih dengan masyarakat yang sehat dari bahaya
sampah.
10
|
·
Andi
Mutya Keteng (2014). Anggaran Beli Truk Sampah Ditolak DPRD. From http://news.liputan6.com/read/815106/anggaran-beli-truk-sampah-ditolak-dprd-jokowi-ya-sudah,
31 january 2014
·
Palu
(2014). Volume sampah terus meningkat. From http://www.radarsulteng.co.id/index.php/berita/detail/Rubrik/46/14754,
1 february 2014
·
AyundaW.
Savitri (2014). DPRD Tolak 200 Truk Sampah Baru. From http://news.detik.com/read/2014/01/31/185125/2484115/10/dprd-tolak-200-truk-sampah-baru-jokowi-ya-mau-gimana-lagi,
31 january 2014
·
padang,
haluan (2014). DKP Tambah 50 kontainer sampah. from http://www.harianhaluan.com/index.php/berita/haluan-padang/28921-dkp-tambah-50-kontainer-sampah,
09 january 2014
·
Asrul
(2012). Jakarta harus bebas sampah. 2 !. From http://m.kompasiana.com/post/read/496247/3,
dok 2012
·
Asrul
(2012). Jakarta harus bebas sampah. 1 !. From http://m.kompasiana.com/post/read/496245/3, dok 2012
·
sak
(2013). Truk Sampah Segera Diremajakan. from http://ahok.org/berita/news/truk-sampah-segera-diremajakan/,
26 may 2013
0 comments:
Post a Comment