KAPAL ALUMINIUM
Deskripsi
Pokok bahasan ini membahas
tentang material yang digunakan pada kapal Aluminium,
perhitungan untuk penentuan dimensi konstruksi, serta proses pembangunan pada kapal Aluminium.
Tujuan Instruksional
- Mahasiswa memahami karakteristik material kapal Aluminium
- Mahasiswa dapat menghitung dimensi konstruksi dalam kapal Aluminium sesuai standard
- Mahasiswa memahami tahapan pembangunan kapal Aluminium
Karakteristik
Material Kapal Aluminium
Material
aluminium yang digunakan sebagai material kapal menggunakan Material Aluminium
Alloys yaitu paduan antara aluminium dengan beberapa material lainnya.
Aluminium alloys yang umum digunakan untuk kapal khususnya pada konstruksi
kulit adalah seri 5000. Seri ini merupakan paduan antara Aluminium dengan
Magnesium, memiliki sifat tahan korosi air laut yang sangat baik, kuat hasil
pengelasan relative tinggi. Type yang paling baik untuk seri ini adalah
5086-H116, namun harganya yang relatif mahal menjadi kendala. Untuk kapal-kapal
kecil, penggunaan aluminium alloys banyak menggunakan type 5052-H32, yang
terbentuk dari Aluminium dengan paduan 2,5% Magnesium dan 0,25% Chromium, type
ini mudah dibentuk (sheet forming),
ketahanan terhadap fatigue yang tinggi, dan ketahanan terhadap korosi yang
tinggi. Seri 6000 adalah seri dari Aluminium Alloys yang digunakan sebagai
konstruksi penguat. Bentuk dari seri ini salah satunya adalah dalam bentuk extrude yang disesuaikan dengan
penempatannya di lambung kapal. Seri 6061-T6 adalah type yang banyak digunakan
untuk konstruksi merupakan paduan Aluminium, Magnesium dan Silicon.
Sifat
mekanik dari beberapa Aluminium Alloys dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel
7.1 Sifat Mekanik Aluminium Alloys
Konstruksi
Kapal Aluminium
Perhitungan konstruksi pada kapal Aluminium
di bawah ini berdasarkan pada aturan konstruksi pada Australian Standard Tahun 1993
- Tebal minimum dari pelat kulit (shell plating)
Tebal
minimum dari pelat kulit dapat diambil dari nilai terbesar berdasarkan
persamaan berikut:
a.
Besaran yang
diperoleh dari nilai tegangan maksimum yang diijinkan:
Dimana:
σ = tegangan
maksimum (pascals)
β = panel
aspect ratio coefficient
Ft = distribusi beban merata pada pelat (pascals)
bs= panjang sisi terpendek dari panel (mm)
t =
tebal pelat (mm)
b.
Besaran yang
diperoleh dari persamaan berikut:
t = (1,6 + 0,05L)K1/2
Dimana:
t =
tebal minimum pelat (mm)
L = panjang garis air (water line)
kapal (m)
K = faktor koreksi material ( harga terbesar antara 235/σy
dan 1,36. Dimana σy adalah tegangan yield minimum dalam megapascals)
- Dimensi lunas (keel)
Lebar
pelat lunas tidak boleh kurang dari dari nilai persamaan berikut:
bk =0,95K1/2
(10L + 340)
Dimana:
bk = lebar
pelat lunas (mm)
L = panjang garis air (water line)
kapal (m)
K = factor koreksi material ( harga terbesar antara
235/σy dan 1,36. Dimana σy adalah tegangan yield minimum dalam megapascals)
Tebal
pelat lunas tidak boleh kurang dari nilai terbesar diantara dua persamaan
berikut:
a.
Tebal
berdasarkan persamaan berikut:
tk
=0,95K1/2 (0,125L + 2,75)
Dimana:
tk = tebal pelat lunas (mm)
L = panjang garis air (water line)
kapal (m)
K = factor koreksi material ( harga terbesar antara
235/σy dan 1,36. Dimana σy adalah tegangan yield minimum dalam megapascals)
b.
Tebal pelat
kulit disekitar pelat lunas bersangkutan.
- Dimensi linggi haluan (stems)
Tebal
pelat linggi haluan kapal tidak boleh kurang dari nilai terbesar diantara dua
persamaan berikut:
a.
Tebal
berdasarkan persamaan berikut:
tl
=0,95K1/2 (0,1L + 3)
Dimana:
tl = tebal pelat linggi haluan (mm)
L = panjang garis air (water line)
kapal (m)
K = factor koreksi material ( harga terbesar antara
235/σy dan 1,36. Dimana σy adalah tegangan yield minimum dalam megapascals)
b. Tebal pelat kulit disekitar pelat lunas
bersangkutan.
- Dimensi wrang (floor)
a.
Tinggi wrang
Kapal dengan konstsruksi alas tunggal dengan panjang Lwl lebih dari
10 meter, ketinggian wrang tidak boleh kurang dari:
hw =0,95K1/2
(10L + 50)
Dimana:
hw = tinggi wrang (mm)
L = panjang garis air (water line)
kapal (m)
K = factor koreksi material ( harga terbesar antara
235/σy dan 1,36. Dimana σy adalah tegangan yield minimum dalam megapascals)
b.
Wrang dengan face bar
Kapal dengan konstsruksi alas tunggal dapat menggunakan wrang
berbentuk face bar dengan luas
penampang tidak boleh kurang dari:
Aw =0,15KL
Dimana:
Aw = tebal pelat linggi haluan (cm2)
L = panjang garis air (water line)
kapal (m)
K = factor koreksi material ( harga terbesar antara
235/σy dan 1,36. Dimana σy adalah tegangan yield minimum dalam megapascals)
c.
Jarak wrang
Jarak wrang untuk kapal dengan konstruksi melintang dengan panjang
kapal (Lwl) lebih dari 10 meter tidak boleh kurang dari:
sw =5L + 350
Dimana:
sw = jarak wrang (mm)
L = panjang garis air (water line)
kapal (m)
d.
Tebal wrang
Tebal wrang untuk kapal dengan konstruksi melintang dengan panjang
kapal (Lwl) lebih dari 10 meter tidak boleh kurang dari:
tw =0,95K1/2
(0,1L + 3)
Dimana:
tl = tebal pelat wrang (mm)
L = panjang garis air (water line)
kapal (m)
K = factor koreksi material ( harga terbesar antara
235/σy dan 1,36. Dimana σy adalah tegangan yield minimum dalam megapascals)
Kapal dengan konstruksi memanjang dapat menggunakan wrang dengan
jarak antar wrang tidak kurang dari 2 meter, sedangkan tebal wrang untuk kapal
dengan konstruksi memanjang dengan panjang kapal (Lwl) lebih dari 10 meter
tidak boleh kurang dari:
tw =0,95K1/2
(0,1L + 3)
Dimana:
tl = tebal pelat wrang (mm)
L = panjang garis air (water line)
kapal (m)
K = factor koreksi material ( harga terbesar antara
235/σy dan 1,36. Dimana σy adalah tegangan yield minimum dalam megapascals)
Contoh bentuk dan gambar konstruksi sebuah
kapal Aluminium dapat dilihat pada beberapa gambar dibawah ini,
Gambar 7.1 Konstruksi penguat
pelat
Gambar 7.2 Konstruksi penguat
pada alas kapal
Sedangkan gambar konstruksi melintang pada
sebuah kapal Aluminium dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 7.3 Contoh gambar konstruksi melintang kapal Aluminium
PROSES PEMBANGUNAN KAPAL ALUMINIUM
Proses pembangunan sebuah
kapal Aluminium dapat dilakukan dengan beberapa metode pembangunan. Pembangunan
sebuah kapal Aluminium dapat dimulai dari pemasangan gading dan wrang beserta
pembujur terlebih dahulu, baru kemudian dipasangkan pelat lambung. Atau dapat
juga dilakukan dengan pemasangan pelat alas terlebih dahulu , dan kemudian
dilanjutkan dengan pemasangan gading dan pembujur, dan terakhir baru
dipasangkan pelat lambung seperti yang dapat dilihat pada gambar-gambar berikut
ini:
Marking dan Cutting Pelat
Pada tahap ini pelat
dipotong sesuai dengan bentuk bentangan dari masing-masing bagian lambung kapal
seperti pelat alas dan pelat sisi, demikian juga beberapa konstruksi yang
terbentuk dari lembaran pelat ditandai dan dipotong seperti wrang, transom,
gading dan lainnya.
Gambar
7.4 Hasil marking dan cutting pelat Aluminium
Pemasangan pelat alas, pembujur alas
tengah, dan transom
Setelah proses pemotongan
terhadap semua bentuk konstruksi, maka langkah selanjutnya adalah penggabungan
beberapa konstruksi dengan urutan sedemikian rupa sehingga mempermudah
pengerjaan dan menghasilkan konstruksi yang kuat . Langkah awal pada tahap
pemasangan konstruksi ini adalah dimulai dari pengelasan pelat alas kiri dan
kanan kapal dengan pembujur alas tengah serta dengan konstruksi wrang
tengah/transom. Dengan penyambungan konstruksi ini diharapkan bentuk dasar
lambung kapal telah terbentuk, dan selanjutnya dapat diletakkan konstruksi
penguat lambung lainnya, seperti wrang, gading dan pembujur lainnya.
Gambar
7.5 Pengelasan pelat alas, pembujur dan wrang tengah/transom
Gambar
7.6 Hasil pengelasan pelat alas, pembujur dan wrang tengah/transom
Pemasangan gading, wrang, dan
pembujur
Setelah bentuk dasar dari
lambung kapal terbentuk, selanjutnya dapat dipasangkan penguat konstruksi
lambung yaitu gading, wrang, dan pembujur alas samping. Pembujur sisi juga
dapat dipasang dengan di las titik pada gading. Pemeriksaan jarak antar
konstruksi pada tahap ini sangat penting dilakukan untuk mempertahankan bentuk
lambung kapal sesuai perancangan. Disamping jarak antar konstruksi, perlu
diperiksa kesetimbangan atau leveling dari konstruksi pada sisi starboard dan
portside untuk menjamin agar lambung tetap simetris.
Gambar
7.7 Hasil pengelasan wrang, dan pembujur alas
Gambar
7.8 Hasil pemasangan gading dan pembujur sisi
Langkah akhir dari
pembangunan lambung kapal Aluminium adalah pemasangan pelat lambung untuk
bagian sisi, sekaligus penyambungan antara pelat alas dengan pelat lambung sisi
kapal. Penyambungan pelat alas dan pelat sisi lambung kapal umumnya dibantu
dengan penambahan profil extrude
dimana masing-masing pelat di las ke profil extrude
untuk menghasilkan konstruksi lebih kuat dan lebih rapi dan lebih
dimungkinkan dari metode pengelasannya.
Gambar
7.9 Hasil akhir pembuatan lambung kapal Aluminium
PERTANYAAN:
1.
Jelaskan perbedaan penggunaan
material Aluminium Alloys seri 5000 dan seri 6000 pada kapal Aluminium.
2.
Jelaskan langkah pembangunan
kapal Aluminium
Mohon info Gan, untuk referensi dari artikel Agan ini apa ya? bisa dishare gak? terima kasih.
ReplyDeleteronggozt@gmail.com
refernsi nya apa nih??
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete