PEMANFAATAN PRINSIP TEKNOLOGI
PERTAHANAN MILITER IRON DOME SEBAGAI
ALAT PEMECAH OMBAK TSUNAMI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Bencana alam bukanlah hal yang diinginkan oleh
manusia. Selain mengancam nyawa manusia, bencana alam juga benar-benar
berdampak ekstrim pada ekonomi suatu negara. Mari kita kenang kembali peristiwa
tsunami di Aceh tahun 2004 lalu. Sebuah bencana yang begitu hebat terjadi di
Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 Bencana
tsunami tersebut menelan korban hingga 230.000 jiwa. Tak cukup duka yang dibawa
tsunami, bencana tersebut juga memporak-porandakan bagian Utara Pulau Sumatera
tersebut hingga pemerintah harus merasakan dampak kehilangan dan kerusakan
infrastruktur hingga bertriliun-triliun rupiah.
Bencana yang terjadi di Aceh bukanlah hal yang
pertama. Banyak bencana berupa tsunami yang sudah terjadi dihari-hari
sebelumnya. Dan pada saat itu, manusia hanya bisa berusaha mendeteksi sebuah
bencana alam, dan berusaha meminimalisir korban jiwa. Namun berbeda dengan saat
ini. Manusia sudah mampu menciptakan berbagai teknologi yang hebat. Mari kita
sebut teknologi militer yang disebut IRON DOME sebagai contoh. Teknologi
pertahanan yang diciptakan oleh Israel ini terbukti ampuh menahan
serangan-serangan roket dari Hamas pada saat itu. Dengan memanfaatkan sensor
rudal, Iron Dome mampu mendeteksi ratusan rudal yang terbang di langit Israel,
lalu menghancurkan rudal tersebut dengan peluru atau roket kosong yang ditembak
secara otomatis melalui daratan. Teknologi canggih ini cukup membuat dunia
takjub. Yang pada akhirnya melahirkan sebuah pertanyaan dibenak penulis,
“Apakah teknologi IRON DOME hanya mampu berfungsi sebagai pertahanan perang
saja?”. Dan lahirlah sebuah konsep dari penulis tentang pemanfaatan teknologi IRON
DOME sebagai pemecah ombak tsunami dengan memanfaatkan sensor dan hulu ledak
yang aman. Dengan konsep ini diharapkan manusia dapat mencegah terjadinya
bencana alam dikemudian hari.
1.3 Tujuan
Tujuan
penulisan Karya Tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Pemanfaatan
teknologi IRON DOME dengan mengganti penerapan sensor yang dipakai dengan
keadaan fisik bencana tsunami.
2. Memberikan
gambaran konsep bagaimana teknologi IRON DOME mampu direalisasikan di
wilayah-wilayah di Indonesia khususnya di wilayah rawan bencana
3. Memberi
gambaran serta penjelasan terkait pihak yang dirasa mampu dan bertanggung jawab
bilamana teknologi IRON DOME diaplikasikan dikemudian hari
4. Meminimalisir
korban jiwa serta dampak kerusakan secara ekstrim akibat bencana alam tsunami
1.4 Manfaat
Karya tulis ini dapat menjadi suatu
solusi berupa konsep yang dapat diaplikasikan guna menghadapi terror bencana
alam tsunami. Konsep ini dinilai mampu meminimalisir korban jiwa serta mampu
mengantisipasi bilamana terjadi tsunami secara tiba-tiba tanpa ada kesiapan apapun.
Selain itu, penulis berharap tinggi juga bahwa tiap negara tidak lagi terlalu
terfokus pada peningkatan teknologi pertahanan perang, namun mengubah fokus nya
terhadap isu-isu lebih layak seperti bencana alam sendiri.
BAB
II
GAGASAN
2.1 Gambaran
Umum
2.1.1 Tsunami
Tsunami merupakan sebuah bencana
alam berupa ombak tinggi yang disebabkan oleh gempa yang memicu meluapnya
gelombang laut kesegala arah. Selain gempa, tsunami juga bisa terjadi bila
terdapat objek raksasa besar jatuh mendarat di laut dengan kecepatan tinggi,
seperti meteor ataupun objek raksasa lainnya.
Saat terjadi gempa hingga
menghadirkan tsunami, kecepatan pergerakan ombak mencapai 700 – 1000 km/jam,
namun saat mendekati garis pantai, kecepatan akan berkurang hingga 50 km/jam
karena menghantam batas pantai, lalu akan membentuk ombak tinggi. Tinggi ombak yang pernah ada tercatat sekitar 4 sampai 24
meter.
2.1.2 IRON DOME
IRON DOME merupakan teknologi
pertahanan anti-misil udara yang dikembangkan oleh negara Israel dan pertama
kali difungsikan pada tanggal 27 Maret 2011. Sistem kerja IRON DOME adalah
memancarkan sebuah gelombang sensor yang menyerupai dinding pendeteksi. Bila
ada misil yang menembus dinding tersebut, sensor akan membacanya, lalu akan
mengisyaratkan roket-roket pertahanan untuk menghantam misil yang menerobos
dinding pendeteksi tersebut.
Sistem Pertahanan IRON DOME Israel
sudah menunjukkan kemampuannya dengan cara sukses melumpuhkan ratusan roket
yang diluncurkan oleh Hamas pada tanggal 7 April 2011 lalu.
2.2 Solusi Yang
Pernah Dijalankan
Dewasa ini, masing-masing negara
hanya mampu mendeteksi tanda-tanda awal kemungkinan akan terjadi tsunami.
Tanda-tanda tersebut berupa terdeteksinya gempa, hingga adanya perilaku aneh
dari hewan sebelum terjadi tsunami. Sesaat setelah terbacanya potensi
terjadinya tsunami, masyarakat akan diinstruksikan untuk evakuasi yang dipandu
oleh pihak berwenang yang terkait.
Namun pendeteksian tanda-tanda awal
bencana alam terbukti belum cukup untuk mengantisipasi jatuhnya korban. Banyak
kasus dimana bencana alam terjadi secara tiba-tiba tanpa ada persiapan dini
yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban seperti kejadian tsunami di Aceh
beberapa tahun lalu.
2.3 Deskripsi
Ide
Konsep ini akan memanfaatkan prinsip
kerja Iron Dome yang dimiliki oleh Israel. Yang menjadi pembeda adalah
“dinding” pertahanan milik Iron Dome akan dimodifikasi sehingga tidak lagi
mendeteksi metal dari misil, namun akan mendeteksi tinggi ombak, dan dalam
konteks ini, ombak yang dimaksud adalah ombak tsunami.
Pemancar
sensor pembaca tinggi ombak tsunami akan diposisikan mengapung di lautan. Pada
saat gelombang tsunami mendekati garis pantai, gelombang tsunami akan berkurang
kecepatannya lalu akan membentuk ombak tsunami. Tinggi ombak tsunami akan
terbaca oleh sensor dari detektor, dan dengan segera mengirimkan sinyal
informasi ke pangkalan darat.
Sesaat sinyal dari detektor tsunami diterima oleh
pangkalan artileri tsunami, secara otomatis rudal-rudal khusus akan meluncur
menuju blasting point. Blasting point merupakan zona meledaknya
rudal-rudal tersebut dengan target pemecahan ombak tsunami, sehingga ombak akan
mengecil, atau bahkan hilang karena tekanan dari hulu ledak.
2.4 Pihak-Pihak Terkait
Konsep
Dalam konsep ini, pihak yang akan terlibat dalam
gagasan ini antara lain pemerintah, LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional), serta TNI-AL. Pemerintah memegang peran penting dalam pengembangan
konsep ini. Tentu peranan dari kementrian riset & teknologi akan sangat
berdampak pada kesempurnaan konsep ini.
Pihak yang terkait selanjutnya adalah LAPAN (Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional). LAPAN merupakan badan khusus yang berkutat
dengan roket-roket pertahanan Indonesia saat ini. Dalam hal ini, produk dari
LAPAN, yakni roket LAPAN akan dijadikan sebagai objek utama pemecah ombak
tsunami. Tentu pengembangan sensor khusus terkait air laut harus dikembangkan
sehingga roket LAPAN akan mampu bekerja optimal pada saat berhadapan dengan
ombak tsunami.
Peran yang tak kalah pentingnya dipegang oleh
TNI-AL. Sebagai barisan pertahan negara paling luar, tentu TNI-AL memegang
kunci serius terkait pemanfaatan teknologi ini. Pangkalan khusus harus
didirikan dilokasi-lokasi strategis sehingga memudahkan roket pemecah tsunami
menjalankan tugasnya.
2.5 Langkah Strategis
a. Penempatan Markas Artileri Pertahanan
Mengingat dibutuhkannya waktu yang cepat agar rudal
dapat mencapai sasaran dengan cepat, serta daya jelajah dan kecepatan rudal
yang dipakai, maka langkah terbaik dalam pembangunan pangkalan pertahanan
sekitar 80 sampai dengan 90 km dari titik detektor ombak. Dengan daya jelajah
rudal sebesar 120 km, dan dengan kecepatan jelajah rudal yang cepat, tentu
jarak 90 km akan dicapai tepat waktu.
b. Sensor Pada Detektor
Jenis sensor yang akan difungsikan pada detektor ada
dua jenis, dan sebuah fasilitas pengirim sinyal kepada pangkalan pusat.
Karena tsunami diawali dengan pergerakan gelombang
laut yang cepat, yakni mencapai 1000 km / jam, maka sensor kecepatan gelombang
laut akan dipasang. Sensor tersebut akan memicu aktifnya sensor tinggi ombak
laut bilamana aktif terkena gelombang laut dengan kecepatan diatas 500 km/jam.
Fase kedua tsunami yakni adalah mengecilnya kecepatan gelombang lalu membentuk
ombak dengan tinggi puluhan meter. Pada tahap ini, sensor tinggi akan membaca
tinggi ombak tersebut, lalu mengirimkan sinyal laporan ke markas pertahanan
dengan fasilitas pengirim sinyal darurat yang telah terpasang. Dengan demikian
rudal akan segera meluncur bila keadaan sesuai, sehingga ombak tsunami dapat
dipecah atau minimal dapat meminimalisir efek perusak dari tsunami.
c. Jenis Hulu Ledak
Dalam konsep ini, rudal rekomendasi yang akan
dimodifikasi dengan sensor air adalah
rudal produksi Indonesia yang bernama LAPAN tipe 420, dengan daya jelajah 110 –
120 km, dan dengan daya hancur sekitar 200 x 150 meter. Rudal tersebut akan
meledak bila sensor terpicu sehingga misi rudal dapat tercapai.
BAB
III
KESIMPULAN
Konsep ini merupakan
modifikasi prinsip kerja teknologi perang milik Israel
yakni IRON DOME, dan mempunyai tujuan untuk memecah ombak tsunami ataupun
setidaknya meminimalisir dampak tsunami dengan cara menekan laju ombak yang
datang ke daratan. Dengan demikian, diharapkan jumlah korban jiwa ataupun
dampak kerusakan akibat tsunami dapat diminimalisir secara ekstrim sehingga
negara tak lagi merasakan dampak ekstrim akibat terjadinya tsunami. Konsep ini
akan memanfaatkan penuh peranan stakeholder, serta produk dalam negeri yang
telah dimodifikasi, yang mana dalam konteks ini adalah rudal LAPAN tipe 420
milik Indonesia.
0 comments:
Post a Comment