Find Me !

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Pages

Saturday, October 11, 2014

PKM-GT : PEMANFAATAN PRINSIP TEKNOLOGI PERTAHANAN MILITER IRON DOME SEBAGAI ALAT PEMECAH OMBAK TSUNAMI

PEMANFAATAN PRINSIP TEKNOLOGI PERTAHANAN MILITER IRON DOME SEBAGAI ALAT PEMECAH OMBAK TSUNAMI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bencana alam bukanlah hal yang diinginkan oleh manusia. Selain mengancam nyawa manusia, bencana alam juga benar-benar berdampak ekstrim pada ekonomi suatu negara. Mari kita kenang kembali peristiwa tsunami di Aceh tahun 2004 lalu. Sebuah bencana yang begitu hebat terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 Bencana tsunami tersebut menelan korban hingga 230.000 jiwa. Tak cukup duka yang dibawa tsunami, bencana tersebut juga memporak-porandakan bagian Utara Pulau Sumatera tersebut hingga pemerintah harus merasakan dampak kehilangan dan kerusakan infrastruktur hingga bertriliun-triliun rupiah.
Bencana yang terjadi di Aceh bukanlah hal yang pertama. Banyak bencana berupa tsunami yang sudah terjadi dihari-hari sebelumnya. Dan pada saat itu, manusia hanya bisa berusaha mendeteksi sebuah bencana alam, dan berusaha meminimalisir korban jiwa. Namun berbeda dengan saat ini. Manusia sudah mampu menciptakan berbagai teknologi yang hebat. Mari kita sebut teknologi militer yang disebut IRON DOME sebagai contoh. Teknologi pertahanan yang diciptakan oleh Israel ini terbukti ampuh menahan serangan-serangan roket dari Hamas pada saat itu. Dengan memanfaatkan sensor rudal, Iron Dome mampu mendeteksi ratusan rudal yang terbang di langit Israel, lalu menghancurkan rudal tersebut dengan peluru atau roket kosong yang ditembak secara otomatis melalui daratan. Teknologi canggih ini cukup membuat dunia takjub. Yang pada akhirnya melahirkan sebuah pertanyaan dibenak penulis, “Apakah teknologi IRON DOME hanya mampu berfungsi sebagai pertahanan perang saja?”. Dan lahirlah sebuah konsep dari penulis tentang pemanfaatan teknologi IRON DOME sebagai pemecah ombak tsunami dengan memanfaatkan sensor dan hulu ledak yang aman. Dengan konsep ini diharapkan manusia dapat mencegah terjadinya bencana alam dikemudian hari.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan Karya Tulis ini adalah sebagai berikut :
1.      Pemanfaatan teknologi IRON DOME dengan mengganti penerapan sensor yang dipakai dengan keadaan fisik bencana tsunami.
2.      Memberikan gambaran konsep bagaimana teknologi IRON DOME mampu direalisasikan di wilayah-wilayah di Indonesia khususnya di wilayah rawan bencana
3.      Memberi gambaran serta penjelasan terkait pihak yang dirasa mampu dan bertanggung jawab bilamana teknologi IRON DOME diaplikasikan dikemudian hari
4.      Meminimalisir korban jiwa serta dampak kerusakan secara ekstrim akibat bencana alam tsunami
1.4 Manfaat
Karya tulis ini dapat menjadi suatu solusi berupa konsep yang dapat diaplikasikan guna menghadapi terror bencana alam tsunami. Konsep ini dinilai mampu meminimalisir korban jiwa serta mampu mengantisipasi bilamana terjadi tsunami secara tiba-tiba tanpa ada kesiapan apapun. Selain itu, penulis berharap tinggi juga bahwa tiap negara tidak lagi terlalu terfokus pada peningkatan teknologi pertahanan perang, namun mengubah fokus nya terhadap isu-isu lebih layak seperti bencana alam sendiri.






BAB II
GAGASAN
2.1 Gambaran Umum
2.1.1 Tsunami
Tsunami merupakan sebuah bencana alam berupa ombak tinggi yang disebabkan oleh gempa yang memicu meluapnya gelombang laut kesegala arah. Selain gempa, tsunami juga bisa terjadi bila terdapat objek raksasa besar jatuh mendarat di laut dengan kecepatan tinggi, seperti meteor ataupun objek raksasa lainnya.

Saat terjadi gempa hingga menghadirkan tsunami, kecepatan pergerakan ombak mencapai 700 – 1000 km/jam, namun saat mendekati garis pantai, kecepatan akan berkurang hingga 50 km/jam karena menghantam batas pantai, lalu akan membentuk ombak tinggi. Tinggi ombak  yang pernah ada tercatat sekitar 4 sampai 24 meter.

2.1.2 IRON DOME
IRON DOME merupakan teknologi pertahanan anti-misil udara yang dikembangkan oleh negara Israel dan pertama kali difungsikan pada tanggal 27 Maret 2011. Sistem kerja IRON DOME adalah memancarkan sebuah gelombang sensor yang menyerupai dinding pendeteksi. Bila ada misil yang menembus dinding tersebut, sensor akan membacanya, lalu akan mengisyaratkan roket-roket pertahanan untuk menghantam misil yang menerobos dinding pendeteksi tersebut.

Sistem Pertahanan IRON DOME Israel sudah menunjukkan kemampuannya dengan cara sukses melumpuhkan ratusan roket yang diluncurkan oleh Hamas pada tanggal 7 April 2011 lalu.

2.2 Solusi Yang Pernah Dijalankan
Dewasa ini, masing-masing negara hanya mampu mendeteksi tanda-tanda awal kemungkinan akan terjadi tsunami. Tanda-tanda tersebut berupa terdeteksinya gempa, hingga adanya perilaku aneh dari hewan sebelum terjadi tsunami. Sesaat setelah terbacanya potensi terjadinya tsunami, masyarakat akan diinstruksikan untuk evakuasi yang dipandu oleh pihak berwenang yang terkait.
Namun pendeteksian tanda-tanda awal bencana alam terbukti belum cukup untuk mengantisipasi jatuhnya korban. Banyak kasus dimana bencana alam terjadi secara tiba-tiba tanpa ada persiapan dini yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban seperti kejadian tsunami di Aceh beberapa tahun lalu.

2.3 Deskripsi Ide
Konsep ini akan memanfaatkan prinsip kerja Iron Dome yang dimiliki oleh Israel. Yang menjadi pembeda adalah “dinding” pertahanan milik Iron Dome akan dimodifikasi sehingga tidak lagi mendeteksi metal dari misil, namun akan mendeteksi tinggi ombak, dan dalam konteks ini, ombak yang dimaksud adalah ombak tsunami.

Pemancar sensor pembaca tinggi ombak tsunami akan diposisikan mengapung di lautan. Pada saat gelombang tsunami mendekati garis pantai, gelombang tsunami akan berkurang kecepatannya lalu akan membentuk ombak tsunami. Tinggi ombak tsunami akan terbaca oleh sensor dari detektor, dan dengan segera mengirimkan sinyal informasi ke pangkalan darat.
Sesaat sinyal dari detektor tsunami diterima oleh pangkalan artileri tsunami, secara otomatis rudal-rudal khusus akan meluncur menuju blasting point. Blasting point merupakan zona meledaknya rudal-rudal tersebut dengan target pemecahan ombak tsunami, sehingga ombak akan mengecil, atau bahkan hilang karena tekanan dari hulu ledak.
2.4 Pihak-Pihak Terkait Konsep
Dalam konsep ini, pihak yang akan terlibat dalam gagasan ini antara lain pemerintah, LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), serta TNI-AL. Pemerintah memegang peran penting dalam pengembangan konsep ini. Tentu peranan dari kementrian riset & teknologi akan sangat berdampak pada kesempurnaan konsep ini.
Pihak yang terkait selanjutnya adalah LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). LAPAN merupakan badan khusus yang berkutat dengan roket-roket pertahanan Indonesia saat ini. Dalam hal ini, produk dari LAPAN, yakni roket LAPAN akan dijadikan sebagai objek utama pemecah ombak tsunami. Tentu pengembangan sensor khusus terkait air laut harus dikembangkan sehingga roket LAPAN akan mampu bekerja optimal pada saat berhadapan dengan ombak tsunami.
Peran yang tak kalah pentingnya dipegang oleh TNI-AL. Sebagai barisan pertahan negara paling luar, tentu TNI-AL memegang kunci serius terkait pemanfaatan teknologi ini. Pangkalan khusus harus didirikan dilokasi-lokasi strategis sehingga memudahkan roket pemecah tsunami menjalankan tugasnya.
2.5 Langkah Strategis
a. Penempatan Markas Artileri Pertahanan
Mengingat dibutuhkannya waktu yang cepat agar rudal dapat mencapai sasaran dengan cepat, serta daya jelajah dan kecepatan rudal yang dipakai, maka langkah terbaik dalam pembangunan pangkalan pertahanan sekitar 80 sampai dengan 90 km dari titik detektor ombak. Dengan daya jelajah rudal sebesar 120 km, dan dengan kecepatan jelajah rudal yang cepat, tentu jarak 90 km akan dicapai tepat waktu.


b. Sensor Pada Detektor
Jenis sensor yang akan difungsikan pada detektor ada dua jenis, dan sebuah fasilitas pengirim sinyal kepada pangkalan pusat.

Karena tsunami diawali dengan pergerakan gelombang laut yang cepat, yakni mencapai 1000 km / jam, maka sensor kecepatan gelombang laut akan dipasang. Sensor tersebut akan memicu aktifnya sensor tinggi ombak laut bilamana aktif terkena gelombang laut dengan kecepatan diatas 500 km/jam. Fase kedua tsunami yakni adalah mengecilnya kecepatan gelombang lalu membentuk ombak dengan tinggi puluhan meter. Pada tahap ini, sensor tinggi akan membaca tinggi ombak tersebut, lalu mengirimkan sinyal laporan ke markas pertahanan dengan fasilitas pengirim sinyal darurat yang telah terpasang. Dengan demikian rudal akan segera meluncur bila keadaan sesuai, sehingga ombak tsunami dapat dipecah atau minimal dapat meminimalisir efek perusak dari tsunami.
c. Jenis Hulu Ledak
Dalam konsep ini, rudal rekomendasi yang akan dimodifikasi dengan sensor air  adalah rudal produksi Indonesia yang bernama LAPAN tipe 420, dengan daya jelajah 110 – 120 km, dan dengan daya hancur sekitar 200 x 150 meter. Rudal tersebut akan meledak bila sensor terpicu sehingga misi rudal dapat tercapai.
BAB III
KESIMPULAN
Konsep ini merupakan modifikasi prinsip kerja teknologi perang milik Israel yakni IRON DOME, dan mempunyai tujuan untuk memecah ombak tsunami ataupun setidaknya meminimalisir dampak tsunami dengan cara menekan laju ombak yang datang ke daratan. Dengan demikian, diharapkan jumlah korban jiwa ataupun dampak kerusakan akibat tsunami dapat diminimalisir secara ekstrim sehingga negara tak lagi merasakan dampak ekstrim akibat terjadinya tsunami. Konsep ini akan memanfaatkan penuh peranan stakeholder, serta produk dalam negeri yang telah dimodifikasi, yang mana dalam konteks ini adalah rudal LAPAN tipe 420 milik Indonesia.

0 comments:

Post a Comment