Find Me !

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Pages

Wednesday, October 8, 2014

Kuliah ITS kekuatan Kapal BAB IV



BAB IV
PERHITUNGAN  GAYA LINTANG DAN MOMEN  LENGKUNG SECARA NUMERIK.

            Setelah intensitas gaya berat dan intensitas gaya tekan keatas dihitung berdasarkan teori yang telah dijelaskan didepan, perhitungan berikutnya perlu melakukan proses integrasi.
Karena kurva penyebaran gaya berat dan kurva penyebaran gaya tekan keatas tidak mengikuti suatu persamaan matematis, maka proses integrasi tidak bisa kita lakukan dengan cara matematis. Oleh karena itu, perlu kita mengingat kembali pengertian fisik dari integral.



Marilah kita perhatikan grafik f(x) yang harus diintegralkan dari x0 sampai x1 seperti terlihat pada gambar 4.1 berikut :
Gambar 4.1 :  Integral f(x) dari x0 sampai x1
Integral f(x) dari x0 sampai x1  =   luas bidang yang dibatasi oleh f(x) dan sumbu x  dari x0 sampai x1
Karena melakukan integrasi sama dengan menghitung luasan, maka grafik penyebaran beban kapal dibagi menjadi sejumlah station (misalnya 40 station sehingga diperoleh 41 titik atau jumlah lain yang dipilih), maka langkah berikutnya adalah menghitung intensitas rata-rata gaya berat dan intensitas rata-rata gaya tekan keatas. Perubahan menjadi harga rata-rata ini bisa dilakukan dengan menggunakan tabel IV.1a  dan  tabel IV.1b  sebagai berikut :
            Tabel IV.1a :  Perubahan gaya berat menjadi bentuk tangga
No.
Station
w(x)
w(x)rata-rata

AP

w0


w0-1 = 1/2 (w0 + w1)

1
w1

w1-2  = 1/2 (w1 + w2)

2
w2

w2-3  = 1/2 (w2 + w3)

3
w3

dan seterusnya


            Tabel IV.1b :  Perubahan gaya tekan keatas menjadi bentuk tangga
No.
Station
b(x)
b(x)rata-rata

AP
b0


b0-1 = 1/2 (b0 + b1)

1
b1

b1-2  = 1/2 (b1 + b2)

2
b2

b2-3  = 1/2 (b2 + b3)

4
b4

dan seterusnya


Selanjutnya kedua harga rata-rata ini dijumlahkan untuk mendapatkan resultan penyebaran beban f(x) yang bekerja pada kapal.

IV.1     PENYUSUNAN TABEL PERHITUNGAN MOMEN LENGKUNG DAN GAYA LINTANG

Setelah intensitas beban kita rubah menjadi berbentuk tangga perhitungan lanjutannya dilakukan dalam bentuk tabel.  Tabel perhitungan kita susun berdasarkan proses integrasi untuk memperoleh gaya lintang dan momen lengkung sepanjang kapal.
Perhitungan gaya penyebaran lintang Q(x) :
f(x) = b(x) – w(x)



Gambar 4.2 :  Grafik beban f(x)
            Q1  =    l.f0-1
            Q2  =    l.f0-1 +  l.f1-2
            Q3  =    l.f0-1 +  l.f1-2 +  l.f2-3
            Q4  =    l.f0-1 +  l.f1-2 +  l.f2-3 +  l.f3-4
            dan seterusnya akan diperoleh :
            Q(x)  =  l.Sf(x)




Perhitungan penyebaran momen lengkung M(x) :
Gambar 4.3 :  Grafik gaya lintang Q(x)
            M1  =  1/2. l.Q1  =  1/2. l .(l.f0-1)
            M2  =  M1 +  l(Q1 + Q2)/2  =  1/2. l (l.f0-1) + l .[ (l.f0-1) + {(l.f0-1) + (l.f1-2)}]/2
            M2   =  1/2. l2 .{ 3.(f0-1) + 1.(f1-2) }
            M3  =  M2 +  l(Q2 + Q3)/2  =  1/2. l (l.f0-1) + l .[ (l.f0-1) + {(l.f0-1) + (l.f1-2)}]/2
+ l .[{(l.f0-1)+(l.f1-2)} + {(l.f0-1)+(l.f1-2)+(l.f2-3)}]/2
M3  =   1/2. l2 .{ 5.(f0-1) + 3.(f1-2) + 1.(f2-3)}
            M4  =  M3 +  l(Q3 + Q4)/2  =  1/2. l (l.f0-1) + l .[ (l.f0-1) + {(l.f0-1) + (l.f1-2)}]/2
+ l .[{(l.f0-1)+(l.f1-2)} + {(l.f0-1)+(l.f1-2)+(l.f2-3)}]/2
                        + l.[{(l.f0-1)+(l.f1-2)+(l.f2-3)}+{(l.f0-1)+(l.f1-2)+(l.f2-3)+(l.f3-4)}]/2
M4  =   1/2. l2 .{ 7.(f0-1) + 5.(f1-2) + 3.(f2-3) + 1.(f3-4)}
            dan seterusnya akan diperoleh :
            M(x)  =  1/2. l 2.SSf(x)
Dengan berdasar pada rumus hasil perubahan integrasi diatas, maka kita dapat menyusun tabel perhitungan momen lengkung dan gaya lintang seperti terlihat pada tabel IV.3 .

            Tabel IV.3 :  Perhitungan momen lengkung dan gaya lintang

No

Station
b(x)
w(x)
f(x)
Sf(x)
SSf(x)

1
2
3
4
5
6

0-1
b0-1
w0-1
f0-1 =
b0-1 - w0-1



f0-1
f0-1

1-2
b1-2
w1-2
f1-2 =
b1-2 - w1-2

f0-1+ f1-2
3f0-1+ f1-2

2-3
b2-3
w2-3
f2-3 =
b2-3 - w2-3


f0-1+ f1-2
+f2-3
5f0-1+3f1-2
+f2-3

3-4
b3-4
w3-4
f3-4 =
b3-4 – w3-4


f0-1+ f1-2
+f2-3+f3-4
7f0-1+5f1-2
+3f2-3+f3-4

4-5
b4-5
w4-5
f4-5 =
b4-5 – w4-5













39-FP




Sf39-FP
SSf39-FP


Catatan :
w(x)  adalah gaya berat, jadi berharga negatif.
b(x) adalah gaya tekan keatas, berharga positif.
Sf39-FP  dan SSf39-FP seharusnya berharga = 0 (nol)

IV.2     TABEL UNTUK KOREKSI LINIER

Sebagai balok bebas, gaya lintang dikedua ujung harus berharga nol. Jika kesalahan QFP kurang dari atau sama dengan 0,03.Qmax atau kesalahan Sf39-FP kurang dari atau sama dng 0,03.Sf max , maka kesalahan Q(x) ini dapat dikoreksi secara linier seperti telah diterangkan didepan. Seperti halnya untuk harga gaya lintang , sebagai balok bebas, momen lengkung dikedua ujung harus juga berharga nol.  Dalam hal ini pun MFP tidak selalu mempunyai harga sama dengan nol.  Jika MFP kurang dari atau sama dengan 0,06.Mmax , maka kesalahan momen lengkung dapat juga dikoreksi secara linier seperti dalam koreksi linier pada Q(x). 
Tabel koreksi linier kita susun sebagai lanjutan tabel IV.3.  Apabila Sf39-FP ada kesalahan, maka pada kolom 6 dipergunakan untuk koreksi Sf(x), kolom 7 dipergunakan untuk hasil Sf(x) setelah koreksi, dan kolom 8 untuk perhitungan SSf(x).  Selanjutnya jika pada kolom 8 diperoleh harga SSf39-FP = 0 , perhitungan telah selesai dan tabel ditutup sampai dengan kolom 8, tetapi jika harga SSf39-FP >< 0 , kolom 9 dipergunakan untuk koreksi SSf(x) dan kolom 10 dipergunakan untuk hasil momen setelah koreksi.


Tabel IV.4 :  Koreksi linier

No

Station



Sf(x)
DSf(x)=
 - x/LSf39-FP
7=5+6
SSf(x)

1



5
6
7
8

0-1













1-2









2-3









3-4









4-5









5-6







































39-FP






Sf39-FP


SSf39-FP

IV.3     TABEL UNTUK KOREKSI NON LINIER


Jika diperoleh hasil bahwa Sf39-FP lebih besar dari 0,03.Sf max ,  berarti gaya berat tidak sama dengan gaya tekan keatas dan sarat kapal harus diubah sebelum perhitungan dapat dilanjutkan.  Demikian juga jika MFP > 0,06.Mmax berarti trim kapal belum tepat, meskipun displacemen sudah benar, dengan demikian, sarat buritan Tb dan sarat haluan Th harus ditentukan lagi, atau dengan kata lain penyebaran gaya tekan keatas perlu penggeseran.
Seperti telah di jelaskan didepan, maka koreksi non linier ada dua macam yang berbeda, yakni untuk kapal di satu puncak gelombang atau kapal di air tenang dan untuk kapal yang berada di dua puncak gelombang.
Koreksi untuk kondisi ini perlu kita menambahkan gaya tekan keatas untuk tiap station pada kolom 6 dan kolom koreksi diletakkan pada kolom 7, sedang kolom 8 untuk hasil penyebaran gaya lintang setelah koreksi dan kolom 9 untuk hasil perhitungan momen lengkung.

a.                  Koreksi untuk kapal yang berada diatas satu puncak gelombang atau kapal di air tenang, tersusun melengkapi tabel sebelumnya seperti terlihat pada tabel IV.5.

b.                  Koreksi untuk kapal yang berada diatas dua puncak gelombang, tersusun melengkapi tabel sebelumnya seperti terlihat pada tabel IV.6.



Tabel IV.5 :  Koreksi  non  linier  untuk  kapal  di puncak  gelombang  atau  kapal  di  air  tenang.

No

Station



Sf(x)
b(x)
DSf(x)= - e/  .6
Sf(x)=5+7
SSf(x)

1



5
6
7
8
9

0-1















1-2










2-3










3-4










4-5










5-6
































39-FP







Sf39-FP



SSf39-FP





Tabel IV.6 :  Koreksi  non  linier  untuk  kapal  di dua puncak  gelombang.

No

Station



Sf(x)
c
DSf(x) = - q/  .6
Sf(x)
SSf(x)

1



5
6
7
8
9

0-1















1-2










2-3










3-4





















39-FP




Sf39-FP



SSf39-FP

 

 

Suatu keadaan khusus, Jika penyebaran muatan atau balas mendekati penyebaran merata, maka perhitunagn momen lengkung air tenang dapat digantikan oleh perhitungan menurut tabel di buku BKI.




0 comments:

Post a Comment