Pada akhirnya, kita mengartikan cinta dengan
cara masing-masing, kemudian memilih pergi
dengan bahagia masing-masing.
Jika pergiku bisa menerbitkan senyummu, mungkin menghilangnya aku bisa membahagiakanmu. Tidak perlu harus dimengerti perpisahan ini jika hanya menyakitkan hati. Ternyata aku hanya bagian dari perjalananmu, bukan tujuanmu. Mungkin sesalku, tak pernah mengembalikanmu. Karena waktu tidak pernah mengerti kenapa aku masih menyimpan cinta ini. Dulu Luka dan sedihmu aku khawatirkan, tapi sekarang menjagamu bukan tugasku lagi.
Coba saja kamu menjadi aku, betapa sulitnya meminta cinta darimu. Kamu coba saja bunuh rinduku yang itu, aku masih punya sejuta rindu lagi untukmu. Bilang sama Tuhanmu, aku tidak akan menyerah mencintaimu. Di banyak hari setelah kamu, aku hanya perindu bodoh tanpa harapan.
Kalau aku nanti bilang "aku bahagia melihat kamu sama dia" tolong jangan percaya, itu artinya aku masih cinta. Yang aku sesalkan, kamu yang tak ingin diperjuangkan. Yang aku takutkan, kamu menjadi yang akan sulit aku tinggalkan. Terkadang cinta menjadi alat seseorang untuk menyakiti kita.
Aku, hanya salah satu bintang. Kamu, semesta
yang kurindukan.
Ingin sekali membuatmu bahagia, tapi kamu tak pernah mengizinkannya. Paling tidak aku pernah membuatmu bahagia, meski pada akhirnya kamu memilih bahagia yang lainnya.
Aku yang selalu kurang di matamu ini,
sesungguhnya sangat berlebihan mencintaimu.
Aku dan kamu di dalam sesuatu yang entah apa namanya .Tak perlu diingat. Tak perlu dilupakan. Kelak kita sadar cinta akan menemukan arahnya. sepertinya kita sudah sepakat. hati bukanlah tempat bermain yang tepat.
Bagiku kamu adalah segalanya, bagimu aku hanya masa lalu saja. Membahagiakanmu sudah bukan lagi tugasku, tapi keinginanku. Coba bunuh saja rindu-rinduku, aku sendiri menginginkannya mati. Tidak sekali dua kali aku memintamu bertahan, aku takut sia-sia semua perjuangan.
0 comments:
Post a Comment